A. Arti ilmu pengetahuan
Salah satu corak pengetahuan
ialah pengetahuan yang ilmiah, yang
lazim disebut ilmu pengetahuan atau
singkatnya ilmu. Ilmu berasal dari
kata alima (bhs. arab) yang berarti tahu. Jadi ilmu secara etimologis berarti pengetahuan.
Namun secara terminologis ilmu itu
semacam pengetahuan yang mempunyai cirri-ciri, tanda-tanda dan syarat-syarat
yang khas.
Berikut
adalah serangkaian devinisi tentang ilmu (science) oleh para ahli.
Ø
RALPH ROSS dan ERNEST VAN DEN HAAG
menulis : ilmu ialah empiris, yang
rasional, yang umum, dan bertimbun bersusun. Keempat-empatnya serentak.
Ø
MOHAMMAD HATTA menulis: “ tiap-tiap
ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hokum kausal dalam satu golongan masalah yang sama
tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut
bangunnya dari dalam.
Ø
KARL PEARSON (1857-1936), pengarang
karya terkenal Grammar of science,
merumuskan bahwa ilmu pengetahuan adalah: lukisan atau possible terms.
1. Obyek ilmu pengetahuan
Setiap ilmu
pengetahuan ditentukan oleh obyeknya. Ada dua macam obyek ilmu pengetahuan,
yaitu : obyek material dan obyek
forma. Obyek material (obiectum material) ialah seluruh lapangan atau bahan yang dijadikan
obyek penyelidikan suatu ilmu. Obyek
forma (obiectum formale) ialah obyek material yang disoroti suatu ilmu,
sehingga membedakan ilmu yang satu dari ilmu yang lainnya, jika berobyek
material sama.
Pada garis besarnya
obyek ilmu pengetahuan ialah alam dan manusia. Oleh karena itu ada ahli yang
membagi ilmu pengetahuan atas dua bagian besar, yaitu ilmu pengetahuan alan dan
ilmu pengetahuan manusia.
WILHELM DILTHEY (1833-1911) filsuf bangsa jerman, membagi
ilmu pengetahuan atas dua bagian: a. Natural
wissenschaft dan b. Geistes-wissenschaft.
“ ilmu pengetahuan alam adalah ilmu tentang alam, maka obyek penyelidikan
adalah alam semesta sejauh berada dalam waktu dan ruang.
Ada beberapa cabang ilmu pengetahuan yang berobyek material sama: manusia, tegasnya: tingkah laku manusia.
Apabila
kita mempelajari tingkah laku manusia sebagai makhluk yang hidup didalam
masyarakat maka tingkah laku itu mempunyai berbagai sesi, seperti aspek
biologis, psycologis, sosiologis, dan antropologis. Tentu segi-segi lain
daripada tingkah laku manusia itu masih ada, yaitu aspek-aspek yang berhubungan
dengan kehidupan manusia sebagai insan politik, ekonomi, hukum atau sebagai
insane sejarah. Akan tetapi untuk memahami konsep manusia-masyarakat,
pendekatan dari sudut ilmu-ilmu inti tentang tingkah laku manusia yaitu:
psycologi, sosiologi, dan antropologi adalah yang paling utama. Seperti kita
ketahui psycologi perdefinisi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku
manusia, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dalam
kelompok, sedangkan antropologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku
manusia sebagai makhluk bio-sosial, yaitu sebagai makhluk yang berbudaya. Jadi
ketiga disiplin tersebut semuanya memusatkan penyelidikannya kepada tingkah
laku manusia sebagai makhluk sosio-budaya.
Jadi yang membedakan satu ilmu dari yang lainnya ialah
obyeknya. Apabila kebetulan materianya sama, maka yang terutama membedakan satu
ilmu dengan ilmu yang lain itu ialah obyek formanya, yaitu sudut pandang
tertentu yang menentukan macam ilmu.
2. Cabang-cabang ilmu pengetahuan
Ada berbagai macam para ahli ilmu
pengetahuan, dan hal ini tergantung dari cara dan tempat para ahli itu
meninjau.
Ada yang membagi ilmu pengetahuan atas
dua bagian, yaitu:
a. Ilmu
pengetahuan murni (ilmu teoritika)
b. Ilmu
pengetahuan terpakai (ilmu praktika).
MOHAMMAD
HATTA membagi ilmu pengetahuan itu atas tiga kelompok besar, yaitu:
a. Ilmu alam (yang terbagi atas teoritika dan
praktika)
b. Ilmu Sosial (yang terbagi juga atas teoritika dan
praktika)
c. Ilmu kultur.
Sistematika klasifikasi ilmu
pengetahuan menurut eropa barat menggolongkan ilmu pengetahuan atas empat
bagian:
a. Golongan
ilmu Hukum
b. Golongan
ilmu Agama
c. Golongan
ilmu Sastra
d. Golongan
ilmu Pasti dan Alam.
Bagian tersebut sering juga dipandang sebagai
sistematika yang klasik atau kuno.
Prof. Drs. RADIOPUTRO mengajukan urutan ilmu pengetahuan
dari yang paling eksak sampai dengan yang paling abstak, sebagai berikut:
1. Matematika
2. Geometri
3. Mekanika
4. Fisika
5. Kimia
6. Biologi
7. Fisiologi
8. Sosiologi
9. Sejarah
Undang-undang Pokok tentang Perguruan Tinggi Nomor…Tahun 1961
diindonesia menggolong-golongkan ilmu pengetahuan atas empat kelompok, yaitu:
1. Ilmu agama/kerohanian;
a. Ilmu
agama dan
b. Ilmu
jiwa
2. Ilmu kebudayaan;
a. Ilmu
sastra
b. Ilmu
sejarah
c. Ilmu
pendidikan dan
d. Ilmu
filsafat
3. Ilmu Sosial;
a. Ilmu
hokum
b. Ilmu
ekonomi
c. Ilmu
social politik dan
d. Ilmu
ketatanegaraan dan ketataniagaan.
4. Ilmu eksakta dan teknik;
a. Ilmu
hayat
b. Ilmu
kedokteran
c. Ilmu
farmasi
d. Ilmu
kedokteran hewan
e. Ilmu
pertanian
f. Ilmu
pasti dan alam
g. Ilmu
teknik
h. Ilmu
geologi dan
i. Ilmu
oceanografi.
Pada garis besarnya ilmu pengetahuan terbagi atas tiga kelompok besar:
A. Ilmu pengetahuan alam (Natural
sciences)
1. Biologi
2. Antropologi
fisika
3. Ilmu
kedokteran
4. Ilmu
farmasi
5. Ilmu
pertanian
6. Ilmu
pasti
7. Ilmu
alam
8. Ilmu
teknik
9. Ilmu
geologi
10. Dan
lain sebagainya.
B. Ilmu-ilmu kemasyarakatan (Social
Sciences)
1. Ilmu
hokum
2. Ilmu
ekonomi
3. Ilmu
jiwa social
4. Ilmu
bumi social
5. Sosiologi
6. Antropologi
budaya dan social
7. Ilmu
sejarah
8. Ilmu
politik
9. Ilmu
pendidikan
10. Publisistik
dan jurnalistik
11. Dan
lain sebagainya.
C. Humaniora (Studi humanitas, humanities
studies)
1. Ilmu
agama
2. Ilmu
filsafat
3. Ilmu
bahasa
4. Ilmu
seni
5. Ilmu
jiwa
6. Dan
lain sebagainya.
3. Sikap ilmiah
Sikap
ilmiah adalah sikap-sikap yang harus dimiliki oleh setiap ilmuan dalam melakukan
tugasnya untuk mempelajari, meneruskan, menolak atau menerima serta merubah atau
menambah suatu ilmu.
Prof.
HARSONO menyebut enam macam sikap
ilmiah:
1. Obyektivitas. Dalam
suatu peninjauan yang dipentingkan adalah obyeknya. Pemgaruh subyek dalam
memuat deskripsi dan analisa seharusnya dilepaskan jauh-jauh. Walaupun tidak mendapatkan
obyektivitas yang absolute. Oleh karena ilmu itu sendiri merupakan hasil budaya
manusia, yang sebagai subyek sedikit banyak akan memberikan pengaruhnya.
2. Sikap serba relative. Ilmu
tidak mempunyai maksud untuk mencari kebenaran mutlak. Ilmu mendasarkan
kebenaran-kebenaran ilmiahnya atas beberapa postulat, yang secara a priori
dalam ilmu sering digugurkan oleh teori-teori yang lain. Dan boleh dikatakan
tujuan penyelidikan ilmu terutama adalah menggugurkan teori-teori yang
sebelumnya telah diterima.
3. Sikap Skeptif.
Ialah sikap untuk selalu ragu-ragu terhadap pernyataan-pernyataan yang belum
cukup kuat dasar-dasarpembuktiannya.
4. Kesabaran intelektual.
Sanggup menahan diri dan kuat untuk tidak menyerahkan kepada tekanan agar
dinyatakan suatu pendirian ilmiah, karena memang belum selesai dan cukup
lengkap hasil dari penelitian, adalah sikap utama seorang ilmuan.
5. Kesederhanaan.
Kesederhanaan dalam sikap ilmiah adalah kesederhanaan dalam cara berfikir,
dalam cara menyatakan, dan cara pembuktian.
6. Sikap tidak memihak pada etik.
Ialah bahwa ilmu tidak mempunyai tujuan untuk pada akhirnya membuat penilaian
tentang apa yang baik dan apa yang buruk, ilmu mempunyai tugas untuk
mengemukakan apa yang salah dan apa yang benar secara relative.
TINI
GANTINI merumuskan dalapan sikap ilmiah sebagai berikut:
1. Mempunyai
dorongan ingin tahu yang mendorong kegelisahan untuk meneliti fakta-fakta baru.
2. Tidak
berat sebelah dan berpandangan luas terhadap kebenaran.
3. Ada
persetujuan apa yang diobservasi dan laporannya.
4. Keras
hati dan rajin didalam penelitian guna menemukan kebenaran.
5. Mempunyai
sifat ragu-ragu yang menghindarkan pesimis terhadap usaha mencari kebenaran
sehingga mendapatkan kebenaran.
6. Rendah
hati dan toleran terhadap hal yang diketahui dan tidak diketahui.
7. Kurang
mempunyai ketakutan.
8. Pikiran
terbuka terhadap kebenaran-kebenaran baru.
Berdasarkan
keterangan-keterangan dapat kita menyimpulkan sikap yang seharusnya dimiliki
oleh para ilmuwan dalam lapangan ilmu pengetahuan, yaitu:
1. Sikap serba skeptif: meragukan
dan menyangsikan setiap pernyataan ilmiah yang belum terbukti dan teruji
kebenarannya.
2. Sikap serba penasaran:
minat, hasrat, dan semangatnya senantiasa menyala untuk mencari jawaban atas
berbagai persoalan ilmu yang ditekuni.
3. Sikap serba obyektif:
menghindarkan, sekurang-kurangnya sangat meminimalkan sikap subyektif,
menghindarkan emosi dan prasangka, dan tidak memihak kepada apapun selain
kepada kebenaran ilmiah.
4. Sikap berkejujuran intelektual:
berani menyatakan kebenaran, berani surut dari pendiriannya sendiri yang kemudian
terbukti keliru, dan terbuka menerima kebenaran-kebenaran yang baru dikenal.
5. Sikap-sikap lainnya:
rendah hati, lapang dada, toleransi, sabar, tabah hati, keras hati, sikap serba
relatif, tekun dan rajin dalam usaha menemukan kebenaran-kebenaran ilmiah.
4. Fungsi illmu pengetahuan
Drs. R.B.S
FUDYARTANTA, dosen psikologi diUniversitas Gajah Mada, menyebutkan ada empat
macam fungsi ilmu pengetahuan, yaitu:
1. Fungsi Deskriptif: menggambarkan,
melukiskan, dan memaparkan suatu obyek atau masalah sehingga mudah dipelajari
oleh peneliti.
2. Fungsi pengembangan:
melanjutkan hasil penemuan yang lalu dan menemukan hasil ilmu pengetahuan yang
baru.
3. Fungsi prediksi:
meramalkan kejadian-kejadian yang besar kemungkinan terjadi sehingga manusia
dapat mengambil tindakan-tindakan yang perlu dalam usaha menghadapinya.
4. Fungsi kontrol:
berusaha mengendalikan peristiwa-peristiwa yang tidak dikehendaki.
Tegasnya:
fungsi ilmu pengetahuan ialah untuk kebutuhan hidup manusia didalam berbagai
bidangnya.
5. Metode ilmu pengetahuan
Yang
menjadi tujuan ilmu pengetahuan tidak lain ialah (tercapainya) kebenaran. Untuk
mencapai tujuan, yaitu kebenaran maka ditempuhlah cara dan jalan tertentu, yang
dikenal dengan metode ilmu pengetahuan atau metode ilmiah.
Metode
ilmiah pada abad ke-19, menurut Ir DJUMA’IN BASALIM dalam artikelnya “Orientasi
terhadap Science” ialah sebagai berikut:
1) Mengajukan
pertanyaan kepada alam
2) Mengumpulkan
bukti-bukti yang tepat
3) Membuat
keterangan secara hipotesa
4) Mengumpulkan
pengertian
5) Mengetest
secara experimental
6) Menolak,
atau menyetujui ataupun merubah hipotesa yang disusun tadi
Susunan
metode ilmiah antara lain:
1) Pengumpulan
(koleksi) data dan fakta
2) Pengamatan
(Observasi) data dan fakta
3) Pemilihan
(seleksi) data dan fakta
4) Penggolongan
(klasifikasi) data dan fakta
5) Penafsiran
(interpretasi) data dan fakta
6) Penarikan
kesimpulan umum (generalisasi)
7) Perumusan
hipotesa
8) Pengujian
(verifikasi) terhadap hipotesa
melalui riset empiri dan eksperimen
9) Penilaian
(evaluasi), menerima atau menolak,
menambah, merubah hipotesa
10) Perumusan
teori ilmu pengetahuan
11) Perumusan
dalil atau hukum ilmu pengetahuan
No comments:
Post a Comment
sisipkan Alamat email anda: