materi perkuliahan STAIBN tegal

Thursday, December 15, 2011

ilmu filsafat pendidikan smster 5


A.  Arti ilmu pengetahuan
Salah satu corak pengetahuan ialah pengetahuan yang ilmiah, yang lazim disebut ilmu pengetahuan atau singkatnya ilmu. Ilmu berasal dari kata alima (bhs. arab) yang berarti tahu. Jadi ilmu secara etimologis berarti pengetahuan. Namun secara terminologis ilmu itu semacam pengetahuan yang mempunyai cirri-ciri, tanda-tanda dan syarat-syarat yang khas.
Berikut adalah serangkaian devinisi tentang ilmu (science) oleh para ahli.
Ø  RALPH ROSS dan ERNEST VAN DEN HAAG menulis : ilmu ialah empiris, yang rasional, yang umum, dan bertimbun bersusun. Keempat-empatnya serentak.
Ø  MOHAMMAD HATTA menulis: “ tiap-tiap ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hokum kausal dalam satu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut bangunnya dari dalam.
Ø  KARL PEARSON (1857-1936), pengarang karya terkenal Grammar of science, merumuskan bahwa ilmu pengetahuan adalah: lukisan atau  possible terms.


1.  Obyek ilmu pengetahuan
Setiap ilmu pengetahuan ditentukan oleh obyeknya. Ada dua macam obyek ilmu pengetahuan, yaitu : obyek material dan obyek  forma. Obyek material  (obiectum material) ialah  seluruh lapangan atau bahan yang dijadikan obyek penyelidikan suatu ilmu. Obyek forma (obiectum formale) ialah obyek material yang disoroti suatu ilmu, sehingga membedakan ilmu yang satu dari ilmu yang lainnya, jika berobyek material sama.
 Pada garis besarnya obyek ilmu pengetahuan ialah alam dan manusia. Oleh karena itu ada ahli yang membagi ilmu pengetahuan atas dua bagian besar, yaitu ilmu pengetahuan alan dan ilmu pengetahuan manusia.
WILHELM DILTHEY (1833-1911) filsuf bangsa jerman, membagi ilmu pengetahuan atas dua bagian: a. Natural wissenschaft dan b. Geistes-wissenschaft. “ ilmu pengetahuan alam adalah ilmu tentang alam, maka obyek penyelidikan adalah alam semesta sejauh berada dalam waktu dan ruang.

Ada beberapa cabang ilmu pengetahuan yang berobyek material sama: manusia, tegasnya: tingkah laku manusia.
Apabila kita mempelajari tingkah laku manusia sebagai makhluk yang hidup didalam masyarakat maka tingkah laku itu mempunyai berbagai sesi, seperti aspek biologis, psycologis, sosiologis, dan antropologis. Tentu segi-segi lain daripada tingkah laku manusia itu masih ada, yaitu aspek-aspek yang berhubungan dengan kehidupan manusia sebagai insan politik, ekonomi, hukum atau sebagai insane sejarah. Akan tetapi untuk memahami konsep manusia-masyarakat, pendekatan dari sudut ilmu-ilmu inti tentang tingkah laku manusia yaitu: psycologi, sosiologi, dan antropologi adalah yang paling utama. Seperti kita ketahui psycologi perdefinisi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dalam kelompok, sedangkan antropologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia sebagai makhluk bio-sosial, yaitu sebagai makhluk yang berbudaya. Jadi ketiga disiplin tersebut semuanya memusatkan penyelidikannya kepada tingkah laku manusia sebagai makhluk sosio-budaya.
Jadi yang membedakan satu ilmu dari yang lainnya ialah obyeknya. Apabila kebetulan materianya sama, maka yang terutama membedakan satu ilmu dengan ilmu yang lain itu ialah obyek formanya, yaitu sudut pandang tertentu yang menentukan macam ilmu.
2.  Cabang-cabang ilmu pengetahuan
Ada berbagai macam para ahli ilmu pengetahuan, dan hal ini tergantung dari cara dan tempat para ahli itu meninjau.
Ada yang membagi ilmu pengetahuan atas dua bagian, yaitu:
a.    Ilmu pengetahuan murni (ilmu teoritika)
b.   Ilmu pengetahuan terpakai (ilmu praktika).
         
MOHAMMAD HATTA membagi ilmu pengetahuan itu atas tiga kelompok besar, yaitu:
a.    Ilmu alam (yang terbagi atas teoritika dan praktika)
b.   Ilmu Sosial (yang terbagi juga atas teoritika dan praktika)
c.    Ilmu kultur.
Sistematika klasifikasi ilmu pengetahuan menurut eropa barat menggolongkan ilmu pengetahuan atas empat bagian:
a.    Golongan ilmu Hukum
b.   Golongan ilmu Agama
c.    Golongan ilmu Sastra
d.   Golongan ilmu Pasti dan Alam.
 Bagian tersebut sering juga dipandang sebagai sistematika yang klasik atau kuno.
Prof. Drs. RADIOPUTRO mengajukan urutan ilmu pengetahuan dari yang paling eksak sampai dengan yang paling abstak, sebagai berikut:
1.    Matematika
2.    Geometri
3.    Mekanika
4.    Fisika
5.    Kimia
6.    Biologi
7.    Fisiologi
8.    Sosiologi
9.    Sejarah
Undang-undang Pokok tentang Perguruan Tinggi Nomor…Tahun 1961 diindonesia menggolong-golongkan ilmu pengetahuan atas empat kelompok, yaitu:
1.    Ilmu agama/kerohanian;
a.    Ilmu agama dan
b.    Ilmu jiwa

2.    Ilmu kebudayaan;
a.    Ilmu sastra
b.    Ilmu sejarah
c.    Ilmu pendidikan dan
d.    Ilmu filsafat

3.    Ilmu Sosial;
a.    Ilmu hokum
b.    Ilmu ekonomi
c.    Ilmu social politik dan
d.    Ilmu ketatanegaraan dan ketataniagaan.

4.    Ilmu eksakta dan teknik;
a.    Ilmu hayat
b.    Ilmu kedokteran
c.    Ilmu farmasi
d.    Ilmu kedokteran hewan
e.    Ilmu pertanian
f.     Ilmu pasti dan alam
g.    Ilmu teknik
h.   Ilmu geologi dan
i.     Ilmu oceanografi.
    
Pada garis besarnya ilmu pengetahuan terbagi atas tiga kelompok besar:
A. Ilmu pengetahuan alam (Natural sciences)
1.    Biologi
2.    Antropologi fisika
3.    Ilmu kedokteran
4.    Ilmu farmasi
5.    Ilmu pertanian
6.    Ilmu pasti
7.    Ilmu alam
8.    Ilmu teknik
9.    Ilmu geologi
10. Dan lain sebagainya.

B. Ilmu-ilmu kemasyarakatan (Social Sciences)
1.    Ilmu hokum
2.    Ilmu ekonomi
3.    Ilmu jiwa social
4.    Ilmu bumi social
5.    Sosiologi
6.    Antropologi budaya dan social
7.    Ilmu sejarah
8.    Ilmu politik
9.    Ilmu pendidikan
10. Publisistik dan jurnalistik
11. Dan lain sebagainya.

C. Humaniora (Studi humanitas, humanities studies)
1.  Ilmu agama
2.  Ilmu filsafat
3.  Ilmu bahasa
4.  Ilmu seni
5.  Ilmu jiwa
6.  Dan lain sebagainya.

3.  Sikap ilmiah
Sikap ilmiah adalah sikap-sikap yang harus dimiliki oleh setiap ilmuan dalam melakukan tugasnya untuk mempelajari, meneruskan, menolak atau menerima serta merubah atau menambah suatu ilmu.
Prof. HARSONO          menyebut enam macam sikap ilmiah:
1.    Obyektivitas. Dalam suatu peninjauan yang dipentingkan adalah obyeknya. Pemgaruh subyek dalam memuat deskripsi dan analisa seharusnya dilepaskan jauh-jauh. Walaupun tidak mendapatkan obyektivitas yang absolute. Oleh karena ilmu itu sendiri merupakan hasil budaya manusia, yang sebagai subyek sedikit banyak akan memberikan pengaruhnya.
2.    Sikap serba relative. Ilmu tidak mempunyai maksud untuk mencari kebenaran mutlak. Ilmu mendasarkan kebenaran-kebenaran ilmiahnya atas beberapa postulat, yang secara a priori dalam ilmu sering digugurkan oleh teori-teori yang lain. Dan boleh dikatakan tujuan penyelidikan ilmu terutama adalah menggugurkan teori-teori yang sebelumnya telah diterima.
3.    Sikap Skeptif. Ialah sikap untuk selalu ragu-ragu terhadap pernyataan-pernyataan yang belum cukup kuat dasar-dasarpembuktiannya.
4.    Kesabaran intelektual. Sanggup menahan diri dan kuat untuk tidak menyerahkan kepada tekanan agar dinyatakan suatu pendirian ilmiah, karena memang belum selesai dan cukup lengkap hasil dari penelitian, adalah sikap utama seorang ilmuan.
5.    Kesederhanaan. Kesederhanaan dalam sikap ilmiah adalah kesederhanaan dalam cara berfikir, dalam cara menyatakan, dan cara pembuktian.
6.    Sikap tidak memihak pada etik. Ialah bahwa ilmu tidak mempunyai tujuan untuk pada akhirnya membuat penilaian tentang apa yang baik dan apa yang buruk, ilmu mempunyai tugas untuk mengemukakan apa yang salah dan apa yang benar secara relative.
TINI GANTINI merumuskan dalapan sikap ilmiah sebagai berikut:
1.    Mempunyai dorongan ingin tahu yang mendorong kegelisahan untuk meneliti fakta-fakta baru.
2.    Tidak berat sebelah dan berpandangan luas terhadap kebenaran.
3.    Ada persetujuan apa yang diobservasi dan laporannya.
4.    Keras hati dan rajin didalam penelitian guna menemukan kebenaran.
5.    Mempunyai sifat ragu-ragu yang menghindarkan pesimis terhadap usaha mencari kebenaran sehingga mendapatkan kebenaran.
6.    Rendah hati dan toleran terhadap hal yang diketahui dan tidak diketahui.
7.    Kurang mempunyai ketakutan.
8.    Pikiran terbuka terhadap kebenaran-kebenaran baru.
Berdasarkan keterangan-keterangan dapat kita menyimpulkan sikap yang seharusnya dimiliki oleh para ilmuwan dalam lapangan ilmu pengetahuan, yaitu:
1.    Sikap serba skeptif: meragukan dan menyangsikan setiap pernyataan ilmiah yang belum terbukti dan teruji kebenarannya.
2.    Sikap serba penasaran: minat, hasrat, dan semangatnya senantiasa menyala untuk mencari jawaban atas berbagai persoalan ilmu yang ditekuni.
3.    Sikap serba obyektif: menghindarkan, sekurang-kurangnya sangat meminimalkan sikap subyektif, menghindarkan emosi dan prasangka, dan tidak memihak kepada apapun selain kepada kebenaran ilmiah.
4.    Sikap berkejujuran intelektual: berani menyatakan kebenaran, berani surut dari pendiriannya sendiri yang kemudian terbukti keliru, dan terbuka menerima kebenaran-kebenaran yang baru dikenal.
5.    Sikap-sikap lainnya: rendah hati, lapang dada, toleransi, sabar, tabah hati, keras hati, sikap serba relatif, tekun dan rajin dalam usaha menemukan kebenaran-kebenaran ilmiah.

4.  Fungsi illmu pengetahuan
Drs. R.B.S FUDYARTANTA, dosen psikologi diUniversitas Gajah Mada, menyebutkan ada empat macam fungsi ilmu pengetahuan, yaitu:
1.    Fungsi Deskriptif: menggambarkan, melukiskan, dan memaparkan suatu obyek atau masalah sehingga mudah dipelajari oleh peneliti.
2.    Fungsi pengembangan: melanjutkan hasil penemuan yang lalu dan menemukan hasil ilmu pengetahuan yang baru.
3.    Fungsi prediksi: meramalkan kejadian-kejadian yang besar kemungkinan terjadi sehingga manusia dapat mengambil tindakan-tindakan yang perlu dalam usaha menghadapinya.
4.    Fungsi kontrol: berusaha mengendalikan peristiwa-peristiwa yang tidak dikehendaki.
Tegasnya: fungsi ilmu pengetahuan ialah untuk kebutuhan hidup manusia didalam berbagai bidangnya.

5.  Metode ilmu pengetahuan
Yang menjadi tujuan ilmu pengetahuan tidak lain ialah (tercapainya) kebenaran. Untuk mencapai tujuan, yaitu kebenaran maka ditempuhlah cara dan jalan tertentu, yang dikenal dengan metode ilmu pengetahuan atau metode ilmiah.
Metode ilmiah pada abad ke-19, menurut Ir DJUMA’IN BASALIM dalam artikelnya “Orientasi terhadap Science” ialah sebagai berikut:
1)      Mengajukan pertanyaan kepada alam
2)      Mengumpulkan bukti-bukti yang tepat
3)      Membuat keterangan secara hipotesa
4)      Mengumpulkan pengertian
5)      Mengetest secara experimental
6)      Menolak, atau menyetujui ataupun merubah hipotesa yang disusun tadi
Susunan metode ilmiah antara lain:
1)      Pengumpulan (koleksi) data dan fakta
2)      Pengamatan (Observasi) data dan fakta
3)      Pemilihan (seleksi) data dan fakta
4)      Penggolongan (klasifikasi) data dan fakta
5)      Penafsiran (interpretasi) data dan fakta
6)      Penarikan kesimpulan umum (generalisasi)
7)      Perumusan hipotesa
8)      Pengujian (verifikasi) terhadap hipotesa melalui riset empiri dan eksperimen
9)      Penilaian (evaluasi), menerima atau menolak, menambah, merubah hipotesa
10)   Perumusan teori ilmu pengetahuan
11)   Perumusan dalil atau hukum ilmu pengetahuan


No comments:

Post a Comment

sisipkan Alamat email anda: