Peran agama dalam keluarga.
Manusia pada umumnya amat
mencintai kehidupan dunianya. Untuk mencapai itu semua ia rela bersusah-payah
bekerja siang dan malam tanpa mengenal lelah. Ia merasa hidupnya menderita bila
kebutuhan hidupnya tidak semua terpenuhi. Ia merasa kurang sempurna bila tidak
memiliki keturunan. Ia merasa terhina bila dirinya tidak mendapat penghargaan
dari orang lain. Namun demikian pada kenyataannya, tidak semua orang yang
kebutuhan materi dan dunianya terpenuhi merasa bahagia dan tenang hidupnya.
Jika demikian dimanakah sebenarnya letak permasalahannya?
Sebagai orang beriman, kita
tentunya tahu dan yakin bahwa kita ini hidup karena Allah SWT. Dialah yang
menciptakan kita. Dengan demikian tentu Dia pulalah yang mengetahui segala
kebutuhan kita. Dialah yang berkuasa atas segala yang ada pada diri kita
termasuk diantaranya kemudahan rezeki, kebahagiaan dan ketenangan jiwa. Oleh
sebab itu disamping bekerja keras seharusnya kita selalu bermohon kepada-Nya
agar usaha kita tersebut memberikan hasil yang terbaik. Kita mohon ridho-Nya.
Allah dengan jelas telah memberikan petunjuk bagaimana cara kita mendekatkan
diri kepada-Nya.
“ Bacalah apa yang telah
diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur’an) dan dirikanlah shalat.
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.
Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa
yang kamu kerjakan”.(QS.Al-Ankabut(29):45).
Allah mewajibkan setiap umatnya
agar menikah dan berkeluarga. Demikian pula hadist rasulullah. Karena dengan
berkeluarga hidup akan lebih tenang dan tentram.Masing-masing anggota keluarga
mempunyai kewajiban dan hak. Seorang laki-laki yang telah menikah adalah
pemimpin bagi keluarganya. Ia wajib bekerja dan menafkahi istri dan
anak-anaknya. Ia juga harus bertanggung-jawab atas prilaku dan moral istri dan
anak-anaknya itu.
“Dan perintahkanlah
kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam
mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu,Kamilah yang memberi rezki
kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa”. (QS.Taahaa(20):132)
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah
dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang
tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.(QS.At-Tahriim(66):6).
Sedangkan seorang perempuan
sebagai istri, ia wajib menjaga diri dan mematuhi suaminya.
“ Katakanlah kepada wanita yang
beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya,
dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak
daripadanya. Danhendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan
janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami
mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka,
atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau
putera-putera saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara perempuan
mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau
pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau
anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka
memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan
bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya
kamu beruntung”. (QS.An-Nuur(24):31)
Ayah dan ibu adalah dua
orang yang harus paling bertanggung-jawab terhadap anak-anaknya. Allah telah
memilih mereka berdua agar menyayangi, menjaga serta mendidik putra-putrinya.
Adalah tugas keduanya untuk mengingatkan bahwa kehidupan di dunia
adalah cobaan. Bahwa tempat kembali kelak adalah akhirat. Alkisah
terjadi percakapan di alam ruh sebagai berikut :
Bayi : “ Ya Allah
kenapa aku harus meninggalkan surga yang begitu indah ini ?”
Allah swt : “ Karena
aku ingin mengujimu “
Bayi : “ Tapi
siapa yang kelak akan menjaga dan menyayangiku seperti Kau menjaga dan
menyayangiku ?
”
Allah swt: “ Aku
akan mengirimkanmu malaikat yang akan menjaga dan menyayangimu”.
Bayi : “ Namun bagaimana
bila aku rindu pada-Mu?” , rengek si bayi dengan nada penuh keberatan.
Allah swt : “ Malaikatmu
itulah yang akan mengajarimu bagaimana kau dapat menghubungiku”.
Bebe: “ Kalo
begitu katakanlah padaku, siapa malaikat yang akan menjagaku,menyayangiku
dan mengajariku ketika aku rindu pada-Mu , Ya Allah ?”
Allah swt : “ Malaikat
itu adalah AYAH dan IBU-mu”.
Jadi sungguh berat tugas
kedua orang tua itu. Di tangan merekalah nasib dan masa depan mereka
berada.
Rasulullah saw bersabda, “Setiap
anak yang lahir, dilahirkan dalam keadaan suci dan islam, yang
menjadikannya Yahudi, Nashrani, atau Majusi adalah orang tuanya“. (HR.Al-Bukhori).
Namun dalam kenyataannya, berapa
banyak orang-tua yang lebih marah dan kecewa ketika mendapati anaknya tinggal
kelas, malas belajar atau bahkan ‘hanya’ lupa menggosok gigi dibanding anaknya
yang lupa mengerjakan shalat, menghafal ayat-ayat Al-Quran atau bahkan
menutup auratnya dengan baik.
Karenanya wajib bagi seorang
anak agar menyayangi keduanya, terutama ibu yang telah dengan susah-payah
mengandung, melahirkan dan menyusui anak-anaknya. Itu sebabnya Allah SWT
memerintah seorang anak agar menghargai dan menghormati ibu tiga kali lebih
besar dari ayahnya.
“Wahai Rasulullah, siapakah orang
yang paling berhak untuk kupergauli dengan baik?” Beliau berkata, “Ibumu.” Laki-laki itu kembali
bertanya, “Kemudian siapa?”, tanya laki-laki itu. “Ibumu”, jawab beliau. ” Kemudian
siapa?” tanyanya lagi. “Ibumu”, jawab beliau. “Kemudian
siapa?” tanyanya lagi.“Kemudianayahmu”, jawab beliau.” (HR.
Al-Bukhari dan Muslim ).
“Dan
Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang
ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah
kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu”.(QS.Luqman(31):14).
Al-Quran menyebutkan manusia yang
tidak mau menjalankan perintah Allah bagaikan seekor binatang bahkan lebih
buruk lagi. Bagi mereka tidak ada jalan lain kecuali neraka
jahanam.
“Dan sesungguhnya Kami jadikan
untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai
hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan
mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda
kekuasaan Allah), dan merekamempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya
untuk mendengar(ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak,
bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang
lalai”.(QS.Al-Araf(7):179).
Kemudian kelak ketika ajal
menjelang, ketika diperlihatkan neraka sebagai tempat mereka kembali ,mereka
amat menyesal dan ingin diberi kesempatan sekali lagi agar dapat memperbaiki
cara hidup mereka. Namun semuanya telah terlambat.
“(Demikianlah keadaan orang-orang
kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia
berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal
yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak.
Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka
ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan”.(QS.Al-Mu’minuun(23):99-100).
Seperti kita ketahui, umur
manusia rata-rata pada zaman sekarang tidak lebih dari 100 tahun bahkan 80
tahunpun jarang. Setelah itu kita akan dikembalikan kepada Sang Pemilik yang
telah menciptakan kita dan kita harus mempertanggung-jawabkan apa yang telah
kita perbuat di dunia. Kemudian setelah itu kita akan memasuki babak baru yaitu
babak kehidupan setelah mati, kehidupan akhirat yang kekal, yaitu surga atau
neraka. Maka alangkah meruginya manusia yang hanya sibuk memikirkan kehidupan
dunianya tanpa mempersiapkan kehidupan selanjutnya.
“Abu Hurairah ra mengatakan,
Rasulullah saw bersabda, “Seorang hamba berkata, hartaku, hartaku, hartaku.
Padahal hartanya yang sesungguhnya hanya tiga macam: apa yang dimakan
lalu habis, apa yang yang dipakai lalu lusuh (rusak), dan apa yang
disedekahkannya lalu tersimpan (untuk akhirat). Selain yang ketiga macam
itu lenyap atau ditinggalkannya (warisan) bagi orang lain.” (HR. Muslim)
Wallahu’alam.
No comments:
Post a Comment
sisipkan Alamat email anda: